Sepakbola

Sunday, January 19, 2014

Sakau Main FIFA (PART 1)


 Jangan berpikiran kalo sakau disini sama dengan sakaunya obat-obatan terlarang, tapi ini sakau main FIFA! Game yang bisa buat lupa waktu padahal besok sekolah, game yang bisa buat kita bela-belain main di Manager Mode nya, dan masih banyak lagi. 


   FIFA, menurut gua, memang bisa dibilang merupakan game sepakbola terbaik, dibandingkan PES tentunya. Dilihat dari grafis, hingga gameplay pun, IMO, masih lebih bagus FIFA, udah bisa cross sambil di curve lagi! Latar stadionnya pun udah lumayan bagus, udah terbentuk 'stadion' gitu, meskipun nggak terlalu bagus kayak di PS 2. Rumputnya pun lebih baik dibanding WE, udah lumayan kebentuk horizontal gitu.

   Gua main FIFA sejak.......PS 1! Dengan cover yang kalo nggak salah, ada Patrick Viera, Cesc Fabregas yang mungkin masuk cover karena dianggap wonderkid, dan Andry Shevchenko. Emang sih, grafiknya masih belum terlalu bagus, tapi, karena waktu itu belum punya PS 2, jadi mau nggak mau ya main FIFA di PS 1 terus. Saingan FIFA di PS 1 ini ya siapa lagi kalau bukan Winning Eleven?



                                    


    Dulu sering main di Manager Mode, lupa sih pake klub apa, tapi kalo diinget-inget, kenapa gua dulu tolol banget beli pemain karena namanya keren, atau bahkan aneh. Mungkin sebagian orang, atau malah kebanyakan nggak tau siapa itu Zurab Khizanishvili. Iya, Khizanishvili. Pemain berkebangsaan Georgia (ah pasti banyak orang akan meng-googling nama negara ini setelah membaca tulisan ini) ini merupakan pemain Blackburn, yang gua tau pas nonton Liga Inggris di TV 7, sebelum berganti nama menjadi Trans 7. Bayangin, defender medioker itu gua beli untuk klub yang pastinya klub besar, secara waktu itu kurang kenal klub diluar Manchester United, Liverpool, Arsenal, dan Chelsea.

                                             

     Selain itu, yang gua inget, di Manager Mode sering pake Chelsea, karena...ah mungkin nggak perlu disebutin alesannya. Pasti tau sendiri. Jadi, tahun 2007 lalu gua masih main PS 1. Hebat ya. Tapi di tahun itu pun gua yang udah kelas 3 pun makin kenal pemain-pemain Liga Inggris berkat baca tabloid dan majalah sepakbola. Contohnya, Torres yang dibeli Liverpool dari Atletico Madrid. Meskipun saat itu harganya (pasti) belum terlalu mahal, tapi ya gua tetep pilih Chelsea sebagai tim, karena tebakan sotoy gua saat itu, Liverpool miskin. Anehnya saat itu, karena gua tau Torres itu gondrong, dan di game ini Torres tidak berambut.

     Oh iya! Satu lagi hal yang gua inget, yang unik, jadi dulu, nggak tau kenapa tiba-tiba game ini berubah tampilan bahasanya jadi bahasa Jerman! Duh, jadi dulu kesiksa banget. Tapi karena sering main, dan jadinya ngafal button dan lain-lain, akhirnya ya lancar-lancar aja. Bahkan urusan transfer di Manager Mode itu pun tetep lancar, gara-gara ngafal tempat yang biasa dipilih! Pas pertama kali sih, langsung bilang ke ortu, eh mereka malah nyuruh nanya ke om yang bisa bahasa Jerman. Btw, sekian dulu tentang FIFA 2005 di PS 1, segera akan ditulis pengalaman main FIFA di PS 2!

                                       
   

Thursday, January 2, 2014

Proyek Membaca 2014

Akhir-akhir ini, saya cenderung malas untuk membaca buku-buku sastra ataupun novel. Banyak sekali tumpukan buku-buku baru yang telah dibeli di toko buku, namun belum sama sekali tersentuh. Bukan karena tidak sempat, namun ironisnya, karena malas membaca. Mungkin karena telah lelah membaca buku-buku pelajaran di sekolah, sehingga, rasa niat untuk membaca buku yang telah dibeli tersebut menjadi semakin, atau bahkan menjadi sangat berkurang. 

Demi menyelesaikan buku-buku tersebut, dan menjadikan buku-buku itu tidak mubazir dibeli, maka saya memutuskan untuk membuat kalender membaca ini, setidaknya 1 buku terselesaikan di setiap bulannya. Dengan saya membuat kalender semacam ini, rasanya pun saya semakin niat untuk menyelesaikan buku-buku yang selama ini tidak tersentuh. Semoga dengan adanya proyek ini, tidak ada lagi buku-buku di rak buku saya yang tidak terbaca, dan tidak tersentuh lagi. 

Menurut saya, tidak perlu semua buku merupakan novel atau buku sastra. Boleh saja  (untuk sementara) menggunakan buku-buku yang berkaitan tentang travelling, buku bacaan yang ringan, dll. Dengan membuat kalender membaca seperti ini, kita pun dapat membuat target yang realistis demi menambah wawasan, dan juga mengurangi jumlah buku yang terabaikan di rak. Selamat membaca!

Januari







Mungkin ketiga buku ini terkesan sangat anak-anak. Tapi, demi memperbaiki dan menambah wawasan cara menulis dengan bahasa inggris yang baik dan benar, saya memutuskan untuk meminjam 3 buku ini. Ditaruhnya ketiga buku ini di bulan Januari tidak lebih karena saat libur telah usai, saya harus mengembalikan buku-buku ini kepada teman saya. :P


Februari 



Menurut saya, seri terbaik dari keempat (yang saya harap akan bertambah lagi) buku The Naked Traveler karya Trinity ini adalah seri ke empat! Dengan impian saya yang ingin keliling dunia, membaca buku-buku karya Trinity ini membuat saya semakin ingin untuk menjelajah dunia karena semakin banyak tempat menarik yang ingin saya kunjungi, yang saya dapat dari buku-buku karya Trinity ini!

Maret



Tampaknya keinginan Trinity (yang dikemukakan pada seri keempat TNT) untuk membuat buku dengan bahasa pengantar bahasa inggris sudah tercapai! Semoga buku ini dapat memenuhi tujuan dibuatnya yaitu untuk memperkenalkan Indonesia, khususnya dalam sektor pariwisatanya kepada dunia!

April



Meskipun saya telah menonton film yang disutradarai oleh Ang Lee, yang meraih banyak penghargaan karena memang filmnya sangat keren, tapi tidak tahu kenapa, saya tidak tertarik untuk membaca novelnya. Banyak orang berkata kalau  kebanyakan film yang diadaptasi dari novel, filmnya kurang menarik. Namun saat ini, saya belum dapat mengumpulkan niat untuk membaca novel ini yang katanya, sama dahsyatnya dengan filmnya. 

Mei



Alasannya hampir sama dengan Life of Pi, namun, karena ada 1 bagian film yang masih belum dirilis yaitu The Hobbit: There and The Back Again, saya jadi tertarik untuk membaca seluruh isi novel sebelum film yang kabarnya akan dibagi menjadi dua itu akan dirilis.

Sekian dulu ya. Untuk bulan-bulan selanjutnya, segera di share setelah saya meminjam dan membeli buku-buku baru!

Tuesday, October 22, 2013

Masih Ada Hal yang Membuat Saya Percaya akan Negeri Ini

Beberapa waktu lalu, setelah Timnas U-19 mengalahkan Timnas U-19 Korea Selatan, seseorang mengirim sebuah tweet ini ke jejaring sosial, "Ada 3 hal yg membuat kita bangga sebagai warga: KPK, Jokowi, dan Timnas U-19!" dari akun bernama . Saat itu memang tengah naik, karena Maldini Pali dkk sukses membalikkan prediksi dari (mungkin) hampir seluruh warga negara Indonesia. Namun, dari tweet tadi, menurut saya ada seseorang yang terlupakan, yaitu, Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disebut Ahok.

Ahok, bagi saya, adalah suatu jawaban atas apa yang diperlukan oleh Jakarta, atau juga Indonesia. Mungkin ia baru menjabat sekitar 1 tahun, bersama Jokowi, namun perubahan-perubahan yang mereka telah lakukan membuat saya percaya akan 1 hal, bahwa Indonesia masih memiliki pasangan pemimpin yang sangat diihormati oleh rakyatnya, dan itu adalah Jokowi dan Ahok.

Kepercayaan masyarakyat Indonesia terhadap pemerintah saat ini sedang tergerus oleh berbagai kasus, baik kasus korupsi, hingga suap yang dilakukan bahkan oleh ketua lembaga tinggi negara yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah Konstitusi.

Adanya Jokowi dan Ahok bagai oase di padang pasir. Mereka lah yang menjadi harapan baru bagi bangsa ini kedepannya. Semula, banyak generasi muda yang skeptis terhadap masa depan bangsa, namun saya rasa saat ini, generasi muda karena kehadiran Jokowi dan Ahok. Mulai dari bagaimana Jokowi memenangi hati rakyat dengan kejujurannya, kerendah-hatian, kesederhanaan, hingga sosok Jokowi yang merupakan seorang pekerja keras. Ahok, seseorang yang fenomenal dengan ketegasannya, kewibawaannya, hingga ke-transparannya.

KPK, lembaga yang ditakuti oleh para pejabat tinggi negara yang korup. Tanpa lelah, tanpa henti memberantas korupsi di negeri ini. Mereka mampu melawan arus, melawan segala kritik yang menerjang. KPK menjadi harapan atas masa depan Indonesia yang lebih baik, tanpa korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Satu lagi, Timnas U-19. Sebenarnya, saya bertanya-tanya ketika menonton laga Evan Dimas dkk di Kualifikasi AFC CUP U-19 lalu. Bagaimana tidak, pemain-pemain yang belum genap 20 tahun, dengan pengalaman yang relatif lebih sedikit daripada pemain timnas seniornya, dapat memainkan pola permainan yang cantik, dan lebih menarik untuk ditonton daripada timnas senior?

Kehadiran pemain muda berbakat seperti Evan Dimas, Maldini Pali, Hargianto, Ilhamudin, Ravi Murdianto setidaknya membawa harapan-harapan baru bagi sepak bola Indonesia yang bisa dibillang, tengah terpuruk. Membawa kebahagiaan di kala miskin prestasi. Dan, untuk mereka yang ingin mengganggu pemain-pemain timnas U-19 ini, anda lah yang sebenarnya akan mengusik kebahagiaan rakyat Indonesia.


Sunday, July 14, 2013

Tidak Seharusnya Timnas Beruji Coba Melawan Klub Eropa

  Dengan adanya demam sepakbola dikalangan masyarakat Indonesia pada beberapa tahun belakangan ini membuat klub-klub eropa mulai melirik Indonesia sebagai pasar yang potensial. Ditambahnya merchandise dan atribut klub-klub terkenal yang makin mudah di dapat melalui forum di internet hingga pasar tradisional. Pasar yang sangat potensial menjadikan Asia Tenggara, dan tentunya Indonesia sebagai destinasi favorit klub-klub eropa yang sedang gencar mengepakan sayap di berbagai tempat di seluruh dunia.
  Ekspansi klub-klub eropa dimulai dengan datangnya Borussia Dortmund yang dijadwalkan bermain melawan Timnas Indonesia. Setahun setelah kedatangan Die Borussen, rival satu negaranya, Bayern Munich menyusul untuk bermain di Gelora Bung Karno. Setelah dikunjungi 2 tim raksasa Jerman, klub-klub eropa ke Indonesia semakin gencar menjadwalkan laga pramusimnya di Indonesia. Bahkan 2 tahun belakangan terdapat 6 klub yang telah dan berencana menjalani laga persahabatan di Indonesia, seperti, Inter Milan, Valencia, QPR dan yang bulan ini akan hadir yaitu Arsenal, Liverpool, dan Chelsea.



   
    Dengan hadirnya klub-klub eropa tentunya akan menghadirkan manfaat dan juga kerugian. Banyaknya permintaan laga persahabatan dari klub eropa seakan membuat PSSI buta. Dengan melawan pemain-pemain kelas dunia memang akan sangat bermanfaat bagi pemain-pemain timnas. Namun apakah kepentingan pasar lebih diutamakan ketimbang faktor lawan yang bermain dengan serius?
    Contoh nyatanya beberapa tahun lalu saat Dortmund melawan Timnas Indonesia. Pada pertandingan itu tampak jelas Die Borussen tidak bermain seperti ingin menang bahkan gol kemenangan klub yang saat itu masih diasuh oleh Thomas Doll, hanya didapatkan melalui tendangan penalti Sebastian Kehl. Hal-hal yang sama terjadi mulai dari pertandingan melawan Bayern, Inter Milan, dan Valencia.



    PSSI sebagai organisasi yang menaungi sepakbola tanah air tampaknya hanya mementingkan 'hiburan' daripada mendapatkan lawan tanding yang berkualitas. Maksud dari kata berkualitas di kalimat sebelumnya yaitu lawan tanding yang sama-sama mementingkan pentingnya pertandingan itu. Dengan 'hanya' melawan klub yang hanya mencoba untuk memperbesar koneksi pasarnya bukanlah suatu yang akan memberikan dampak yang signifikan bagi Timnas dalam bentuk kerja sama antar pemain ataupun taktik. Well, it would be better if we play againts Laos, Cambodia or another national team than againts european club.
   Kebiasaan PSSI untuk terus menjadikan Timnas sebagai ajang 'hiburan' tampaknya tidak akan berhenti seiring jalannya waktu.Tidak jelas apakah sebenarnya PSSI kurang memiliki kesadaran akan pentingnya laga persahabatan melawan lawan yang berkualitas ataupun lebih mementingkan kepentingan bisnis dari suatu kelompok.

   Mindset masyarakat Indonesia yang masih menganggap bahwa kedatangan bintang-bintang kelas dunia akan memberikan suatu pengalaman dan pembelajaran bagi pemain timnas tampaknya masih belum pudar, sejak tahun 1970. Kala itu, Pele dan kawan-kawan telah hadir dan hingga Arsenal yang akan bermain pada hari artikel ini dibuat, sepakbola Indonesia masih segitu-segitu saja. Kedatangan Inter Milan dan Valencia tahun lalu juga tidak membuat Indonesia menjadi juara Piala AFF, malah menginjakkan kaki di semifinal saja tidak sanggup (meskipun sedang terjadi konflik PSSI yang membuat timnas terpecah belah).

   Dan meskipun Indonesia telah kehadiran puluhan klub Eropa sejak tahun 1960, Indonesia tetap tidak 'mempelajari' ilmu tentang pembinaan usia muda, padahal Bayern Munich terkenal akan akademi sepakbolanya yang mengeluarkan bakat-bakat istimewa seperti Dietmar Hamman, Bastian Schweinsteiger, Toni Kroos, hingga Thomas Mueller.

   Mungkin Indonesia hanya bisa bangga menyiarkan Piala Konfederasi secara gratis tanpa berharap dapat menjadi Tahiti -meskipun kebobolan 25 gol-  tetap membuat seluruh bangsa bangga akan apa yang telah mereka raih. 



Monday, July 8, 2013

My Confederation Cup Dream Team

1. Julio Cesar - Goalkeeper
   Getting stuck in a Championship Club like QPR must be something new for Julio Cesar. His dream to    take QPR through to the Champions League must be burried. 3 years ago he was awarded Serie A goalkeeper of the year for 2 years in a row and now he might need  a new club because QPR were relegated.
   He played really awesome in the Confederation Cup. Only conceding 3 goals and he saved Diego Forlan's penalty kick in the semi final who changed the game. In the final, he also made 1 great save (Pedro's one vs one shot). Cesar kept clean-sheet in the final match and owned 'the keeper of the tournament'. He might be old but Arsenal really need his capability as the best brazilian goalkeeper so far.


2. Daniel Alves - Right Back
   Dani shown the world that he isn't done yet for this game. Brilliant move in the Brazilian's right flank with Hulk in the final made some number of chances. His work rate must be 20 in FM depending on how he played in the Confederation Cup. Eventhought he is already 30 years old but he still got his speed, dribbling and crossing. He has shown his best on the cup and he is my best-right-back-of-the-tournament.


3. Thiago Silva - Centre Back
   In my opinion, he is the best central back in the world for now. He has proven wrong all the critics because his price tag. His strength and his pace combined with his tackling and marking. He will be the best center back for the next few years.
  Playing with a team such as PSG might be great but IMO he needs to get out from Paris and move to Barcelona. Right or wrong, Barcelona is still one of the best team in the world and PSG might need something great to be like Barcelona. Brazilian must be thankful because they have Daniel Alves, Thiago  Silva, David Luiz (or Dante?), and Marcelo in the defense.


4. Sergio Ramos - Centre Back
   Sergio has done great in the Confederation cup, despite his failure to net the ball in the final. He shown some great pace, areal duels and passing. He played well with Gerard Pique in last 3 years. He has already played with one of the best team in the world since 2005 when he was still 19 years old. Ramos were bought buy El Real with 27 Million Euro.
   Somehow, Ramos needs to calm down and gain his concentration. He has already wasted 2 important penalty for Real Madrid (vs Bayern) and Spain (vs Brazil). But he's still one of the best defender in the world.



5. David Luiz - Left back
   Sorry about this but David Luiz played very-very well in the tournament. He also has done great last season although he was played in the defensive midfield role with Rafa Benitez. He is not a Spanish but he has great ability to play for the Ball Playing Defender role. He has many ability like long shot, passing, direct freekicks. He's more like a midfield then a defender when he made some overlap. But he needs to gain his tackling and areal duels if he wants to be one of the best defender in the world.



6. Paulinho - Centre Midfield
    Former Corinthians players has done very well in the tournament. He impressed many pundits and of course a whole world. With Luiz Gustavo, he proved that Big Phil has made correct decisions to call him up to the squad. He made Lucas Leiva from Liverpool watch the whole tournament in his own house.
    He made at least 2 tackles in a game in the tournament. He is the perfect choice for Brazil to make a double pivot formation. It seems like Big Phil won't ruled him out for the World Cup 2014 squad. Maybe he needs 1 more competitor for Luiz Gustavo, but for Paulinho, he doesn't need anyone.



7. Pirlo - Centre Midfield
   Old but gold. He still got his playing style even he is already 34 years old. He was still be the 'conductor' for Juventus and Italy National Team even his stamina is not the same when he was young.
Not having much stamina and speed more, he played with more direct pass to the Italian both flanks. Juventus tactics really suit with him, and also IMO the Italian National Team were played with Juventus' conte tactics.
   Pirlo might be old but his magic will never gone.



8. Andres Iniesta - Centre Midfield
   Everybody knows that Spain have the best midfield in the world. Look at the Confederation Cup squad, they have Xavi, Cazorla, David Silva, Sergio Busquets, Javi Martinez, Cesc, Mata, Jesus Navas, Pedro, and the great Iniesta. Xavi might be the 'star' for Spain but Iniesta has done more with his consistency and his dribbling. In my opinion, he is the best attacking midfielder in the world for this 2 years. His through ball, key passes are the best. He can also hold the ball and then dribble pass the opponent. The only weakness i know is his areal duels or his strength. But in another case, he is the best attacking midfield maybe until next year.


9. Pedro - Right Wing
    He is one of the best Spanish player in the tournament. He has some pace and dribbling skills which are important for Spain. Unfortunately, he only scored one in this tournament. He also failed to score when he was already in a one vs one situation vs Julio Cesar. But, Pedro made Jesus Navas met his future teammate in Manchester City squad and its....bench.



10. Fred - Centre Forward
     The most underrated player in the world. Most people think he has already lost everything when he left Lyon but the fact that he scored 59 goals for Fluminese in the last 4 years and he succeeded to net the ball fived times  in the tournament made him the best Brazilian striker for now.
      The rumours that he has only 2 million Euro release clause made some European Club linked with him. Manchester City, Tottenham Hotspurs were linked with Fred after that performances and it seems like he will no longer play in the Brazilian League anymore.



11. Neymar - Left Wing
     IT HAS TO BE HIM. He proved wrong many criticisms and i think you are waiting for the combination with 'The Great Lionel Messi' next season.









Thursday, June 27, 2013

Hal-Hal Penyebab Mengapa Pemain Indonesia Sulit Bermain di Luar Negeri

1. Susah bersatu.

Masih adanya dualisme dan saling memperebutkan takhta Ketua PSSI membuat sepakbola Indonesia tidak berkembang dalam 3 tahun belakangan (meskipun dari 10 tahun yang lalu juga tidak ada perkembangan). Federasi yang lebih fokus untuk memperkuat kedudukannya daripada memperkuat timnasnya sendiri menjadi penyebab para pemain tidak fokus dan pembinaan usia dini pun terbengkalai.

2. Kompetisi
 

Kompetisi dari kasta tertinggi sampai kasta amatir tidak jelas strukturnya. Keberadaan 2 liga yang menjadikan adanya dualisme dalam 3 tahun belakangan ini membuat sepakbola Indonesia makin tidak enak dilihat. Apalagi, meskipun sudah ada 2 liga, tidak dari salah satunya benar-benar memperhatikan pembinaan usia muda. Udah deh!

3. Pembinaan Usia Dini yang Buruk.


Janji-janji palsu yang coba diberikan para Ketua PSSI layaknya para wakil rakyat tentang pembinaan usia dini memang mudah diucapkan, tapi sulit dilakukan. Contohnya beberapa bulan yang lalu, Direktur Peminaan Usia Muda PSSI, yaitu Timo Scheunemann memutuskan mundur dari jabatannya karena tidak di gaji dan proyeknya untuk membuat akademi sepakbola di kota-kota besar di Indonesia tidak menemui kejelasan dari Federasi.  

Awalnya akan dibuat akademi sepakbola yang bernama Akademi Nusantara yang akan tersebar di 6 provinsi, yaitu, Sumatera Barat (Padang), Jawa Barat (Bandung). Kalimantan Timur (Balikpapan), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Papua Barat (Manokwari). Namun, sejauh ini baru 2 provinsi yang menyatakan siap, yaitu Padang dan Malang. Namun janji hanya sekedar janji....

4. Kalah Postur dan Stamina.


Nyaris setiap kekalahan yang di dapat oleh Timnas selalu dikaitkan dengan masalah kalah postur dan stamina (bahkan ketika kalah dengan negara di ASEAN yang masih satu rumpun tetap dikaitkan dengan hal itu). Hal yang terjadi mungkin sejak sepakbola mulai ada dan populer di tanah air namun tetap tidak ada yang bisa (atau malas?) mencari solusi kedua hal tersebut.

Rumor yang menyatakan Andik Vermansyah akan terbang ke Eropa beberapa waktu lalu seharusnya sudah tidak perlu ditanggapi serius karena klub Eropa manapun (yang selalu mengandalkan kekuatan fisik dan stamina) akan menganggap Andik merupakan angin lalu setelah melihat postur tubuhnya. Berbeda dengan Messi yang memiliki body balance yang sangat baik dan juga finishing yang luar biasa. Mungkin satu-satunya cara untuk Andik dapat bermain di klub eropa yaitu mempertajam finishing dan banyak-banyak minum susu. 

5. Hanya Sedikit Pemain yang Menimba Ilmu dengan Benar.


Coba hitung berapa pemain yang selama inin bermain di Timnas yang mendapatkan ilmu yang benar di akademi? Pastinya dapat dihitung dengan jari bahkan tak sampai jari di 2 tangan. Sergio van Dijk, Tonnie Cusell, Raphael Maitimo, Johnny van Beukeuring, Kim Kurniawan yang seluruhnya pemain naturalisasi yang menurut saya mendapat pembinaan secara 'benar' di akademi klub masing-masing. Saya tidak memasukan Stefano Lilipaly dikarenakan ia belum bermain bersama Timnas. 

Tambahan satu pemain lagi ditujukan pada Irfan Bachdim yang berada di satu akademi di Ajax dengan Ryan Babel, mantan pemain Liverpool dan Hoffenheim. Selain mereka berlima, tidak ada satu pun pemain yang bisa dibilang mendapat ilmu yang benar. 

6. Sulit Berbahasa.


Jangan berharap pemain favorit anda bermain di Eropa jika tidak bisa bahasa inggris. Bukannya merendahkan, namun anda harus berpikir realistis dengan fakta dan keadaan. Kesulitan komunikasi dengan sesama pemain timnas sendiri juga sangat sering terjadi dikarenakan beragamnya asal dan klub masing-masing pemain. 

Mungkin jika Andik, Tibo, Okto, setidaknya mau sedikit belajar bahasa inggris, hal tersebut memperbesar kans mereka untuk bermain di luar negeri. meskipun hanya bermain di negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura. Satu-satunya pemain yang sepertinya tidak akan mendapat masalah dalam bahasa adalah Irfan Bachdim. Itupun karena ia pernah malang melintang di Belanda. Pemain Indonesia go international? Bisa bahasa Inggris dulu, deh!

7. Tingkat Disiplin.


Bersama Luis Blanco, pelatih asal Argentina dengan ciri khas permainan dengan ketahanan fisik dan stamina pun sudah protes, apalagi jika bermain di Eropa yang akan digenjot fisiknya setiap hari. Padahal, salah satu kelemahan timnas adalah stamina yang tidak cukup kuat untuk bermain selama 90 menit penuh. Oh the irony.......

Bayangkan Hamka Hamzah diminati oleh Real Madrid, dan ketika di sesi latihan kaget dengan porsi yang sangat berbeda dengan apa yang ia rasa di klubnya selama ini, dan mencoba untuk mogok dan meluncurkan kata-kata kasar kepada Kepler Laveran Lima Ferreira. Meh. Apa yang terjadi? You've already know it...

Jadi jangan ngarep pemain Indonesia dapat bermain di Eropa jika dengan pelatih sendiri masih ngambek dan protes akan porsi latihan yang diberikan. Coba bayangkan lagi jika Hamka dilatih Jose Mourinho.........