Sepakbola

Thursday, June 27, 2013

Hal-Hal Penyebab Mengapa Pemain Indonesia Sulit Bermain di Luar Negeri

1. Susah bersatu.

Masih adanya dualisme dan saling memperebutkan takhta Ketua PSSI membuat sepakbola Indonesia tidak berkembang dalam 3 tahun belakangan (meskipun dari 10 tahun yang lalu juga tidak ada perkembangan). Federasi yang lebih fokus untuk memperkuat kedudukannya daripada memperkuat timnasnya sendiri menjadi penyebab para pemain tidak fokus dan pembinaan usia dini pun terbengkalai.

2. Kompetisi
 

Kompetisi dari kasta tertinggi sampai kasta amatir tidak jelas strukturnya. Keberadaan 2 liga yang menjadikan adanya dualisme dalam 3 tahun belakangan ini membuat sepakbola Indonesia makin tidak enak dilihat. Apalagi, meskipun sudah ada 2 liga, tidak dari salah satunya benar-benar memperhatikan pembinaan usia muda. Udah deh!

3. Pembinaan Usia Dini yang Buruk.


Janji-janji palsu yang coba diberikan para Ketua PSSI layaknya para wakil rakyat tentang pembinaan usia dini memang mudah diucapkan, tapi sulit dilakukan. Contohnya beberapa bulan yang lalu, Direktur Peminaan Usia Muda PSSI, yaitu Timo Scheunemann memutuskan mundur dari jabatannya karena tidak di gaji dan proyeknya untuk membuat akademi sepakbola di kota-kota besar di Indonesia tidak menemui kejelasan dari Federasi.  

Awalnya akan dibuat akademi sepakbola yang bernama Akademi Nusantara yang akan tersebar di 6 provinsi, yaitu, Sumatera Barat (Padang), Jawa Barat (Bandung). Kalimantan Timur (Balikpapan), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Papua Barat (Manokwari). Namun, sejauh ini baru 2 provinsi yang menyatakan siap, yaitu Padang dan Malang. Namun janji hanya sekedar janji....

4. Kalah Postur dan Stamina.


Nyaris setiap kekalahan yang di dapat oleh Timnas selalu dikaitkan dengan masalah kalah postur dan stamina (bahkan ketika kalah dengan negara di ASEAN yang masih satu rumpun tetap dikaitkan dengan hal itu). Hal yang terjadi mungkin sejak sepakbola mulai ada dan populer di tanah air namun tetap tidak ada yang bisa (atau malas?) mencari solusi kedua hal tersebut.

Rumor yang menyatakan Andik Vermansyah akan terbang ke Eropa beberapa waktu lalu seharusnya sudah tidak perlu ditanggapi serius karena klub Eropa manapun (yang selalu mengandalkan kekuatan fisik dan stamina) akan menganggap Andik merupakan angin lalu setelah melihat postur tubuhnya. Berbeda dengan Messi yang memiliki body balance yang sangat baik dan juga finishing yang luar biasa. Mungkin satu-satunya cara untuk Andik dapat bermain di klub eropa yaitu mempertajam finishing dan banyak-banyak minum susu. 

5. Hanya Sedikit Pemain yang Menimba Ilmu dengan Benar.


Coba hitung berapa pemain yang selama inin bermain di Timnas yang mendapatkan ilmu yang benar di akademi? Pastinya dapat dihitung dengan jari bahkan tak sampai jari di 2 tangan. Sergio van Dijk, Tonnie Cusell, Raphael Maitimo, Johnny van Beukeuring, Kim Kurniawan yang seluruhnya pemain naturalisasi yang menurut saya mendapat pembinaan secara 'benar' di akademi klub masing-masing. Saya tidak memasukan Stefano Lilipaly dikarenakan ia belum bermain bersama Timnas. 

Tambahan satu pemain lagi ditujukan pada Irfan Bachdim yang berada di satu akademi di Ajax dengan Ryan Babel, mantan pemain Liverpool dan Hoffenheim. Selain mereka berlima, tidak ada satu pun pemain yang bisa dibilang mendapat ilmu yang benar. 

6. Sulit Berbahasa.


Jangan berharap pemain favorit anda bermain di Eropa jika tidak bisa bahasa inggris. Bukannya merendahkan, namun anda harus berpikir realistis dengan fakta dan keadaan. Kesulitan komunikasi dengan sesama pemain timnas sendiri juga sangat sering terjadi dikarenakan beragamnya asal dan klub masing-masing pemain. 

Mungkin jika Andik, Tibo, Okto, setidaknya mau sedikit belajar bahasa inggris, hal tersebut memperbesar kans mereka untuk bermain di luar negeri. meskipun hanya bermain di negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura. Satu-satunya pemain yang sepertinya tidak akan mendapat masalah dalam bahasa adalah Irfan Bachdim. Itupun karena ia pernah malang melintang di Belanda. Pemain Indonesia go international? Bisa bahasa Inggris dulu, deh!

7. Tingkat Disiplin.


Bersama Luis Blanco, pelatih asal Argentina dengan ciri khas permainan dengan ketahanan fisik dan stamina pun sudah protes, apalagi jika bermain di Eropa yang akan digenjot fisiknya setiap hari. Padahal, salah satu kelemahan timnas adalah stamina yang tidak cukup kuat untuk bermain selama 90 menit penuh. Oh the irony.......

Bayangkan Hamka Hamzah diminati oleh Real Madrid, dan ketika di sesi latihan kaget dengan porsi yang sangat berbeda dengan apa yang ia rasa di klubnya selama ini, dan mencoba untuk mogok dan meluncurkan kata-kata kasar kepada Kepler Laveran Lima Ferreira. Meh. Apa yang terjadi? You've already know it...

Jadi jangan ngarep pemain Indonesia dapat bermain di Eropa jika dengan pelatih sendiri masih ngambek dan protes akan porsi latihan yang diberikan. Coba bayangkan lagi jika Hamka dilatih Jose Mourinho.........




No comments:

Post a Comment