Dengan adanya kompetisi resmi, tanpa breakaway league, dampak positiv nya tentu akan berpihak kepada Timnas Indonesia. Timnas di era PSSI Djohar Arifin ini memang tak begitu buruk, namun pembantaian 10 gol tanpa balas di Bahrain, kekalahan atas Brunei Darussalam, hanya seri melawan salah satu suku di Iraq yang bahkan tak mempunyai peringkat FIFA tampaknya menjadi dasar keputusan itu.
Bersama Nil Maizar, permainan Timnas tak lagi mengandalkan dua striker di depan seperti era Alfred Riedl, taktik Total Football 'Gatot' oleh Wim Rijsbergen. Mantan pelatih Semen Padang ini mengandalkan counter attack macam Joachim Loew di Timnas Jerman.
Tak hanya penampilan Nil yang juga stylish seperti Jogi, panggilan Joachim Loew, permainan dan taktik Nil juga nyaris sempurna dengan apa yang telah Loew lakukan pada Timnas Jerman sejak Piala Dunia 2010. Sama-sama mengandalkan pemain muda yang memiliki karakter speed. Jika Loew punya Mario Goetze, Nil punya Okto Maniani. Jika Loew punya Thomas Mueller, Nil punya Titus Bonai. Jika Loew punya Mario Gomez, Nil punya Patrich Wanggai.
Kesuksesan Nil Maizar dalam strategi blitzkrieg-nya tertampang jelas pada gol Patrich Wanggai ke gawang Inter Milan saat tour ke Jakarta. Berawal dari crossing Okto menuju Ferdinand yang dapat dihalau bek Inter, Wanggai datang dari belakang dan langsung menceploskan bola ke gawang Castelazzi.
Salah satu kelemahan Timnas adalah tidak adanya pemain yang mampu mendistribusikan bola ke sayap maupun striker timnas. Jika timnas asuhan Riedl dan Wim punya Bustomi di lini tengah dan Rahmad Darmawan punya Egi, timnas asuhan Nil ini belum mempunyai sosok playmaker tersebut. Taufiq mungkin jadi salah satu pemain yang punya potensi menjadi playmaker di tim Nil Maizar, namun setelah pintu masuk timnas terbuka oleh pemain ISL, kemungkinan Taufiq akan tergeser oleh Bustomi ataupun Egi.
Satu kelemahan Timnas yaitu tak punya bek kanan yang mumpuni. Hengky Ardiles mungkin jadi salah satu yang terbaik di skuad Nil Maizar saat ini. Namun, umurnya yang sudah berkepala tiga membuat Nil harus mencari pemain lain yang mampu mengisi posisi Hengky. Karena keran pemain ISL untuk masuk ke Timnas telah diputar, maka Hasim Kipuw lah yang akan menjadi pilihan utama Nil Maizar. Jika Alfin Tuasalamony dipanggil Timnas, ia akan menjadi saingan berat bagi Kipuw di sektor kanan.
Kurnia Meiga, Andritany, Markus sebagai palang pintu terakhir. Kuartet Hasyim Kipuw, Alfin, Hamka, Abdurachman, Arthur Irawan, Diego Michels, Yericho. Bustomi, Egi dan Lilipaly mengalirkan bola. Andik, Ramdani, Yosua Pahabol dan Okto terbang dengan sayap-sayapnya. Titus Bonai, Boaz Solossa, Patrich Wanggai, Ferdinand Sinaga bagai tombak pemecah barisan musuh. Jayalah Garudaku.
TERBANGLAH GARUDA KU, KEPADA KALIANLAH KEBANGGAANKU KU TAMBATKAN

No comments:
Post a Comment